Jumat, 29 November 2013

RESUME : FILSAFAT SEJARAH MENURUT PARA AHLI

          Nama : Mas riansyah
                                                                                                          NPM  : 3010075
                                                                                                          Kelas  : 5.D
                                                                                                          Prodi  : Pendidikan sejarah


                                                           FILSAFAT SEJARAH

    G.  Tokoh-tokoh pemikir/pelopor “filsafat sejarah”

1.      Patrick gardiner

           Menurut gardiner,filsafat sejarah menuju pada dua jenis penyelidikan yang sangat berbeda. Secara tradisional ungkapan tersebut telah digunakan untuk menunjukkan dalam usaha  untuk memberikan keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh proses sejarah. Filsafat sejarah dalam arti ini secara khas berincikan dengan pernyataan – pernyataan seperti ; apa arti (makna,tujuan) atau hukum-hukum pokok mana yang mengatur perkembangan dan perubahan dalam sejarah.bermacam – macam dasar yang menjadi tumpuan tafsiran – tafsiran seperti itu,yang bervariasi dari pertimbangan-pertimbangan empiris sampai gagasan-gagasan yang jelas-jelas bersifat religius dan metafisik dan bentuknya tidak sama.sejarawan beranggapan bahwa proses sejarah lebih dari satu kumpulan peristiwa-peristiwa yang “secara tak bermakna”susul-menyusul dalam waktu atau suatu struktur atau tema yang mendasari semua yang masih harus ditemukan.
           Pokok persoalan yang dibahas oleh filsafat sejarah “formal” itu bukan jalannya peristiwa-peristiwa sejarah,melainkan hakikat sejarah yang dipandang sebagai suatu disiplin  dan cabang pengetahuan yang khusus,dengan kata lain boleh dikatakan bahwa ia berurusan dengan pokok-pokok seperti tujuan – tujuan  penyelidikan sejarah,cara-cara sejarawan menggambarkan dan mengklasifikasikan bahan mereka,cara mereka sampai pada menyokong penjelasan-penjelasan dari  hipotesis-hipotesis ,anggapan-anggapan dan prinsip-prinsip yang menggarisbawahi tata cara penyelidikan mereka dan hubungan – hubungan antara sejarah dan bentuk – bentuk penyidikan lain.masalah-masalah yang dibahas oleh sejarah formal bukan masalah-masalah spekulatif sejenis yang telah disebutkan bukan sebagai masalah semacam yang seecara khas digeluti oleh sejarawan profesional dalam proses kerja mereka.pernyataan-pernyataan yang dilibatkan timbul dari renungan atas pemikiran dan penalaran menurut ilmu sejarah dan bersifat epistemologi serta konseptual.
         Minat filsuf terhadap hakikat pemahaman secara philosopis terhadap ilmu sejarah seebagian besar lahir sebagai bagian dari suatu proses umum melawan kecenderungan (lazim diantara penganut paham pencerahan )untuk  memandang ilmu-ilmu alam sebagai mewakili pola teladan dari semua pengetahuan yang benar.bahkan,bagi beberapa prinsip secara spekulatif dari periode yang lebih tinggi,pandangan bahwa kategori-kategori dan cara-cara interpretasi yang dipakai secara berhasil dalam penyelidikan alam fisik secara sah dapat diperluas study-study kemanusiaan,tampak jauh dan terang dan jelas dari dirinya sendiri;terutama tulisan-tulisan vico dan hegel dapat dikatakan merupakan suatu tantangan yang implisit terhadap pendapat tersebut.
          Begitupun ada kepercayaan yang gigih,bahwa tak ada perbedaan – perbedaan dalam prinsip yang membedakan sejarah dari disiplin-disiplin yang lain dan bahwa sejarawan harus berusaha sejauh mungkin untuk menerapkan kepada lapangannya sendiri metode-metode yang telah mapan dalam kawasan lain dari penyelidikan induktif.sejumlah ahli teori yang beralam pikiran posotifisme sejauh kepercayaan itu di dipertahankan,tampak ada dasar-dasar untuk mengganggap bahwa studi sejarah menghadirkan masalah-masalah istimewa ditinjau dari sudut filsafat;secara logis dan empiris teknologis ia sudah ada pada tingkat yang sama dengan bentuk ilmu empiris manapun.

2.      Dilthey dan beneditto Croose
        Mereka bukanlah pejabar yang jelas dari gagasan – gagasan mereka sendiri,dan mereka masukkan ke dalam teori-teori mereka konsepsi-konsepsi metafisik yang telah kehilangan banyak daya tariknya sejak mereka menulis begitupun mereka berhasil dalam memusatkan perhatian pada sifat-sifat kegiatan sejarah yang telah dilupakan dan diremehkan oleh banyak diantara pendahulu mereka.misalnya ditunjukkan bahwa tujuan sejarawan jelas-jelas sangat berbeda dari sifat-sifat khas ahli-ahli ilmu alam,para sejarawan tidak berkepentingan untuk menemukan hukum-hukum dan teori-teori universal yang dapat melahirkan ramalan-ramalan dan yang dapat digunakan sebagai petunjuk kepada tindakan dalam konteks yang praktis dan teknis.sebaliknya tujuan mereka yang utama ialah menentukan apa yang telah terjadi dimasa lalu dan mengapa ini tidak bisa melibatkan suatu pemusatan pikiran atas sifat kekhususan yang konkret dan peristiwa-peristiwa didalam dirinya sendiri unik dan tak dapat diulang.tetapi kategori-kategori yang abstrak dari ilmu yang disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang sangat berlainan;
        Selain itu lebih lanjut pada suatu hal yang sangat hakiki yang ingin ditekankan oleh kritikus-kritikus seperti itu,Baik dilhey maupun crose menggarisbawahi perbedaan yang mereka anggap penting sekali antara pokok persoalan ilmu dan pokok persoalan sejarah dalam istilah-istilah yang kasar,perbedaan ini mungkin dapat digambarkan /diwakili oleh dikhotomi terkenal antara “jiwa” dan “alam”.perbedaan tersebut melibatkan kepercayaan bahwa tidak mungkin memandang kegiatan-kegiatan para pelaku sejarah semata-mata sebagai pemotongan –pemotongan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat dikembalikan kepada ( atau dapat dikembangkan dalam istilah benda-benda fisik semata ).
        Dari itu disimpulkan bahwa prinsip pengetahuan dan pengertian yang sesuai disini pasti bukan prinsip-prinsip yang diandalkan oleh tafsiran-tafsiran ilmiah tentang dunia.untuk sejarawan perlu sekali bahwa ia dapat merekonstruksikan “dari alam” alasan-alasan,tujuan tujuan,dan perasaan-perasaan yang menggerakkan pribadi-pribadi yang menjadi sasaran perhatiannya dan yang secara lahiriyah diungkapkan dalam tindakan-tindakan mereka. Bermacam-macam pengertian seperti “menghidupkan kembali” dan “emphaty” didekati dengan maksud untuk merincikan proses ini.
3.      R.G. Collingwood
        Pendirian dasar dari paham diatas,yang didalam pikirannya pertimbangan-pertimbangan dari pelaku sejarah dan dengan begitu peristiwa yang harus disorotinya dibuat menjadi bisa dipahami dengan cara yang tidak pada hubungannya dengan ilmu-ilmu alam,ini menyebabkan diantara lain menegaskan bahwa istilah sebab mempunyai arti sendiri didalam konteks cerita sejarah,tak boleh dicampuradukkan dengan arti manapun yang mungkin saja dikandungnya ditempat lain.jadi menunjukkan apa yang menyebabkan suatu kejadian didalam sejarah bukan merupakan suatu soal meletakkan kejadian itu di bawah kekuasaan hukum ilmiah atau generalisasi empiris.tetapi itu lebih mempersoalkan membangkitkan segi dalam nya yaitu pikiran-pikiran dan alasan yang sekali terbuka,menunjukkan apa yang terjadi sebagai tanggapan dari suatu makhluk rasional berhadapan dengan suatu situasi yang menuntut pemecahan praktis.

4.      Friedrick Hegel (1770-1831)
       George wilhem Friedrick hegel lahir di Stuttgart,jerman 1770.Belajar filsafat di tubingen bersama Schelling.tahun 1817 hegel diangkat menjadi guru besar di Heildelberg dan satu tahun kemudian pindah di berlin.disini hegel sangat populer dan disebut “professor Professorum”artinya guru besarnya professor.mahasiswa-mahasiswa datang dari mana-mana untuk mendengarkan ajarannya.tahun 1831 ia meninggal diberlin.
        Hegel memandang sejarah manusia sebagai perwujudan ide yaang ilahi yaitu “yang mutlak” dan setiap bagian atau periode sejarah merupakan suatu langkah terus ke arah penyempurnaan ide yang ilahi itu. Demikian segala yang ada pada bagian penyempurnaan ini mesti ada berbudi dan segala yang ada adalah hasil perkembangan yang akan datang.
        Dalam pendapat hegel itu bukan suatu negara saja melainkan ada banyak negara tetapi manusia yang hidup didalam negaranya harus mengabdi dan tunduk pada negara itu.jikalau ada banyak negara dan setia diantara memandang diri seperti instansi yang tertinggi untuk manusia dan anggotanya masing-masing,maka mudah terjadi perselisihan paham dan menimbulkan peperangan antara mereka itu adalah kegiatan dan semangat yang mendorong sejarah terus-menerus.lagi pula dalam setiap zaman ada suatu bangsa atau nation yang dipilih yang beertanggung jawab atas perkembangan sejarah dan kebudayaan,suatu bangsa yang bertugas dan berkewajiban mengembangkan sejarah dan kebudayaan,suatu bangsa yang bertugas dan berkewajiban mengembangkan sejarah dengan sistem dialektis itu.
         Hegel memandang ide itu yaitu yang mutlak sebagai sebab yang terakhir untuk segala kejadian dan segala realitet.ideealah yang menetapkan dan membentuk setiap yang diseebut realitet dalam setiap fase.dari perkembangan sejarah,perkembangan filsafat sejarah sesudah hegel memang kelihatan sintesis definitif dari hegel sama sekali tidak berhasil.pemikiran hegel itu hanya sebuah tesis yang merupakan titik tolak untuk banyak aliran baru yang dapat dilihat sebagai antitesis-antitesis baru.tetapi pengaruh hegel baik dalam arti positif maupun negatif,sangat besar.
     


      H. Tokoh pemikir filsafat Sejarah Nasional Indonesia

1.      Prof.Muhammad Yamin
       
        Menurut Muh.yamin,untuk menyusun filsafat sejarah nasional banyak kita petik dari pujangga dari timur dan barat,untuk membentuk filsafat sejarah nasional menurut muh.yamin ialah dengan cara pemusatan pikiran kepada segala kejadian dan peristiwa sejarah indonesia dan dalam hubungan dengan sejarah pada umumnya serta isi kajian filsafat.filsafat sejarah nasional mempunyai empat dasar kajian ,yaitu ;
1.      Kebenaran
Tujuan terakhir yang dijadikan tugas bagi-bagi ilmu filsafat ialah mencari kebenaran yang sesungguhnya.dengan sengaja disebutkan mencari kebenaran,dan tidak disebutkan mendapat kebenaran yang juga dapat dikatakan mempunyai atau memiliki kebenaran.jadi filssafat sejarah mempunyai kebenaran yang aktif,sedang filsafat-sejarah adalah seseorang musafir yang merantau mendekati tujuan menuju kebenaran walaupun kebenaran itu tidak dimiliki oleh ahli pemikir sejarah,tetapi dengan meninjau atau menafsirkan segala kejadian itu dia telah dan selalu berkeyakinan secara subjektif.

2.      Sejarah indonesia
Yang menjadi objek filsafat sejarah atau yang ditafsirkannya ialah sejarah indonesia.dalam hal ini maka sejarah adalah ilmu pengetahuan yang dipahamkan dan telah dirumuskan secara ilmiah dengan bernama demikian,oleh karena objek itulah filsafat itu menjadi filsafat sejarah,sehingga kejadian-kejadian sebagai kelahiran masyarakat dizaman yang lampau membatasi filsafat itu menjadi filsafat khusus,sedangkan cara menafsirkan dan hubungan kejadian itu adalah dalam taraf yang umum dan universal.

3.      Sintesis
Tafsiran sejarah yang sintesis menjamin timbulnya sejarah indonesia yang umum dengan menghindarkan berat sebelah,sehingga lepas dari gambaran ialah terhadap masyarakat pada zaman lampa,melainkan menjamin timbulnya cabang filsafat bagi sejarah dalam zaman pembangunan.
Falsafah pancasila membangun negara Republik indonesia,dan falsafah sejarah membantuk kerangka dan menyusun isi sejarah indonesia.filosofi sintesis bagi seeluruh kehidupan bangsa indonesia kini dan nanti belum dirumuskan.bahan-bahan untuk itu memang sudah tersedia,dan dapat dipakai oleh segala tenaga yang hendak berusaha kejurusan itu.tafsiran sintesis juga dapat dipakai bagi meninjau sejarah indonesia dalam suatu babakan,zaman atau waktu.

4.      Nasionalisme indonesia
Nasionalisme indonesia memberi tiga corak kepada filsafat sejarah seperti yang diuraikan diatas;

Pertama : yang menjadi objek tafsiran ialah sejarah nasional indonesia,yang berbeda cara menulis dari pada sejarah indonesia sebelum proklamasi,karena yang menjadi dasar kepada penulisan sejarah indonesia sesudah tahun 1945 ialah adanya kemerdekaan bagi bangsa indonessia yang menjadi syarat mutlak bagi segala ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh hikmah manusia bebas.

Kedua : cara menafsirkan kejadian sejarah adalah sesuai dengan jalan pikiran orang atau bangsa indonesia yang telah bebas merdeka,dan yang tak terikat rasa rendah atas berpandangan sempit didalam ruangan pikiran yang bebas.

Ketiga : uraian dengan lisan atau menuliskan sejarah indonesia memenuhi syarat isnad para pengarang supaya secara subjektif sesuai dengan susila perjuangan kemerdekaan : memenuhi syarat susila pada karangan penulisan sejarah dan memenuhi syarat ilmu jiwa dan pendidikan suapaya nasionalisme indonesia merdeka menjadi kebanggaan bangsa,menjadikan sejarah indonesia sumber inspirasi dan ilmu pengetahuan untuk kehidupan bangsa yang ingin berjiwa besar dan luas.




2.      Dr.Soedjatmoko
         Sudah menjadi ciri manusia yang berfikir bahwa ia hendak menyusun pengetahuannya sedemikian rupa,sehingga pengetahuan itu dapat dicukupi oleh satu atau dua asas pokok dan prinsip saja.demikian juga manusia,dalam menghadapi fakta-fakta sejarah,sejak dahulu telah mencoba untuk merumuskan suatu filsafat sejarah yang mencukupi segala sesuatu yang diketahuinya didalam lapangan sejarah itu,sehingga makna dari sejarah manusia itu menjadi terang.kita juga sekarang mengetahui bahwa si pemikir sejarh itu dalam memandang kepada sejarah tidak dapat melepaskan dirinya dari pandangannya dari keadaan sejarah yang dialaminya sendiri,maka dalam menghadapi kenyataan sejarah dan dalam usahanya untuk mencari penjelasan dari pada sejarah ,mengenai makna kehidupan manusia.
       Kegemilangan hari lampau kita juga tidak dapat kita pandang sebagai sesuatu yang tidak terbuka untuk peneropongan serta penyelidikan ilmu sejarah dengan alat-alat dan cara-cara yang juga digunakan dalam pemikiran dan penyidikan ilmu sejarah untuk sejarah umat manusia lainnya.pandangan semacam itu hanya dapat timbul dari suatu kekhawatiran yang mendalam,atau kemungkinan kehilangan pribadinya sendiri dalam menghadapi suatu dunia luar dan hari depan yang tak dikenalnya,ataupun ia timbul dari suatu rasa keangkuhan terhadap bangsa-bangsa lainnya.sejarah umat manusia sendiri telah memberikan contoh-contoh kepada kita,betapa besarlah bahaya bagi sesuatu bangsa,yang telah tersesat didalam suatu dunia impian bikinan sendiri semacam itu.kita sendiri telah menyaksikan runtuhnya impian jepang fasis yang mengganggap dirinya sebagai sesuatu bangsa yang mempunyai asal serta panggilan tersendiri didunia.
        Jikalau ini kesimpulan kita,yaitu filsafat sejarah sekarang telah turun menjadi pemikiran,renungan tentang sejarah dan filsafat sejarah nasional tempatnya bukan didalam lapangan ilmu sejarah atau didalam lapangan filsafat sejarah,kesimpulan ini tidak cukup sampai disini.kebutuhan akan kepastian hidup,kegelisahan mengenai keadaan pribadi kita,dan mengenai arah arus perkembangan,terlampau mendesak,terlampau sungguh-sungguh.



3.      Prof.sartono kartodirdjo

       Filsafat sejarah adalah suatu bagian filsafat yang berusaha memberikan jawaban terhadap pernyataan mengenai makna dari suatu proses peristiwa sejarah.manusia budaya tidak puas dengan pengetahuan sejarah,dicarinya makna yang menguasai kejadian-kejadian sejarah.dicarinya hubungan fakta-fakta dan sampai kepada asal dan tujuannya.kekuatan apakah yang akan menggerakkan sejarah kearah tujuannya.jika kejadian – kejadian yang ditinjau dengan pandangan kemasa depan atau harapan akan perwujudan masa depan hal demikian menetapkan arah pertumbuhan kebudayaan dimasa depan.gambaran masa depan ini sesuai benar dengan sifat kebudayaannya.
       Dalam menghadapi realitas sekitarnya menuju bentuk pikiran seperti tercantum dalam pralambang jayabaya disusun dalam suatu gambaran atau pandangan dunia.orientasi kepada kehidupan organis menimbulkan bentuk pikiran siklis,sedangkan pemikiran realitas yang diarahkan kepada proses kemanusiaan dengan melihat suatu telos (tujuan) atau fisis (akhir) membentuk pikiran yang linear.filsafat sejarah sebagai bagian inheren dari pandangan dunia akan mengikuti pola pikir  yang berkuasa dalam kebudayaan dan merupakan bentuk pikiran dari kebudayaan.dengan menguraikan unsur-unsur pralambang jayabaya sebagai filsafat sejarah,mungkin akan tampak suatu bentuk pikiran sebagai suatu segi dari ragam kebudayaan indonesia.
       Dari adanya saling pengaruh itu dapat disimpulkan bahwa setiap unsur mereflesikan ciri-ciri dari kebudayaan,ssebaliknya untuk memahami sifat dan hakikat untuk masing-masing senantiasa perlu ditempatkan dalam konteks kulturalnya.filsafat sejarah sebagai manifestasi kebudayaan yang mendukungnya,mau tak mau mencerminkan gaya kultural peradabannya.latar belakang kebudayaan menjadi faktor determinan bagi suatu filsafat sejarah,maka perbandingan antara filsafat sejarah antara abad pertengahan dengan filsafat sejarah modern akan mampu menonjolkan  perbedaan sifat-sifat kedua peradaban tersebut.parelisme antara filsafat sejarah dengan kebudayaan yang melingkupinya jelas-jelas menampilkan adanya afinitas kultural suatu filsafat sejarah atau pandangan hidup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar