Nama : Mas riansyah
NPM
: 3010075
Kelas
: 5.D
Prodi
: Pendidikan sejarah
FILSAFAT SEJARAH
G.
Tokoh-tokoh pemikir/pelopor “filsafat sejarah”
1. Patrick gardiner
Menurut gardiner,filsafat sejarah
menuju pada dua jenis penyelidikan yang sangat berbeda. Secara tradisional
ungkapan tersebut telah digunakan untuk menunjukkan dalam usaha untuk memberikan keterangan atau tafsiran
yang luas mengenai seluruh proses sejarah. Filsafat sejarah dalam arti ini
secara khas berincikan dengan pernyataan – pernyataan seperti ; apa arti
(makna,tujuan) atau hukum-hukum pokok mana yang mengatur perkembangan dan
perubahan dalam sejarah.bermacam – macam dasar yang menjadi tumpuan tafsiran –
tafsiran seperti itu,yang bervariasi dari pertimbangan-pertimbangan empiris
sampai gagasan-gagasan yang jelas-jelas bersifat religius dan metafisik dan
bentuknya tidak sama.sejarawan beranggapan bahwa proses sejarah lebih dari satu
kumpulan peristiwa-peristiwa yang “secara tak bermakna”susul-menyusul dalam
waktu atau suatu struktur atau tema yang mendasari semua yang masih harus
ditemukan.
Pokok persoalan yang dibahas oleh
filsafat sejarah “formal” itu bukan jalannya peristiwa-peristiwa sejarah,melainkan
hakikat sejarah yang dipandang sebagai suatu disiplin dan cabang pengetahuan yang khusus,dengan
kata lain boleh dikatakan bahwa ia berurusan dengan pokok-pokok seperti tujuan
– tujuan penyelidikan sejarah,cara-cara
sejarawan menggambarkan dan mengklasifikasikan bahan mereka,cara mereka sampai
pada menyokong penjelasan-penjelasan dari
hipotesis-hipotesis ,anggapan-anggapan dan prinsip-prinsip yang
menggarisbawahi tata cara penyelidikan mereka dan hubungan – hubungan antara
sejarah dan bentuk – bentuk penyidikan lain.masalah-masalah yang dibahas oleh
sejarah formal bukan masalah-masalah spekulatif sejenis yang telah disebutkan
bukan sebagai masalah semacam yang seecara khas digeluti oleh sejarawan
profesional dalam proses kerja mereka.pernyataan-pernyataan yang dilibatkan
timbul dari renungan atas pemikiran dan penalaran menurut ilmu sejarah dan
bersifat epistemologi serta konseptual.
Minat filsuf terhadap hakikat
pemahaman secara philosopis terhadap ilmu sejarah seebagian besar lahir sebagai
bagian dari suatu proses umum melawan kecenderungan (lazim diantara penganut
paham pencerahan )untuk memandang
ilmu-ilmu alam sebagai mewakili pola teladan dari semua pengetahuan yang
benar.bahkan,bagi beberapa prinsip secara spekulatif dari periode yang lebih
tinggi,pandangan bahwa kategori-kategori dan cara-cara interpretasi yang
dipakai secara berhasil dalam penyelidikan alam fisik secara sah dapat
diperluas study-study kemanusiaan,tampak jauh dan terang dan jelas dari dirinya
sendiri;terutama tulisan-tulisan vico dan hegel dapat dikatakan merupakan suatu
tantangan yang implisit terhadap pendapat tersebut.
Begitupun ada kepercayaan yang
gigih,bahwa tak ada perbedaan – perbedaan dalam prinsip yang membedakan sejarah
dari disiplin-disiplin yang lain dan bahwa sejarawan harus berusaha sejauh
mungkin untuk menerapkan kepada lapangannya sendiri metode-metode yang telah
mapan dalam kawasan lain dari penyelidikan induktif.sejumlah ahli teori yang
beralam pikiran posotifisme sejauh kepercayaan itu di dipertahankan,tampak ada
dasar-dasar untuk mengganggap bahwa studi sejarah menghadirkan masalah-masalah
istimewa ditinjau dari sudut filsafat;secara logis dan empiris teknologis ia
sudah ada pada tingkat yang sama dengan bentuk ilmu empiris manapun.
2.
Dilthey
dan beneditto Croose
Mereka bukanlah pejabar yang jelas dari
gagasan – gagasan mereka sendiri,dan mereka masukkan ke dalam teori-teori mereka
konsepsi-konsepsi metafisik yang telah kehilangan banyak daya tariknya sejak
mereka menulis begitupun mereka berhasil dalam memusatkan perhatian pada
sifat-sifat kegiatan sejarah yang telah dilupakan dan diremehkan oleh banyak
diantara pendahulu mereka.misalnya ditunjukkan bahwa tujuan sejarawan
jelas-jelas sangat berbeda dari sifat-sifat khas ahli-ahli ilmu alam,para
sejarawan tidak berkepentingan untuk menemukan hukum-hukum dan teori-teori
universal yang dapat melahirkan ramalan-ramalan dan yang dapat digunakan
sebagai petunjuk kepada tindakan dalam konteks yang praktis dan teknis.sebaliknya
tujuan mereka yang utama ialah menentukan apa yang telah terjadi dimasa lalu
dan mengapa ini tidak bisa melibatkan suatu pemusatan pikiran atas sifat
kekhususan yang konkret dan peristiwa-peristiwa didalam dirinya sendiri unik
dan tak dapat diulang.tetapi kategori-kategori yang abstrak dari ilmu yang
disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang sangat berlainan;
Selain itu lebih lanjut pada suatu hal
yang sangat hakiki yang ingin ditekankan oleh kritikus-kritikus seperti
itu,Baik dilhey maupun crose menggarisbawahi perbedaan yang mereka anggap
penting sekali antara pokok persoalan ilmu dan pokok persoalan sejarah dalam
istilah-istilah yang kasar,perbedaan ini mungkin dapat digambarkan /diwakili
oleh dikhotomi terkenal antara “jiwa” dan “alam”.perbedaan tersebut melibatkan
kepercayaan bahwa tidak mungkin memandang kegiatan-kegiatan para pelaku sejarah
semata-mata sebagai pemotongan –pemotongan tingkah laku yang dapat diamati dan
dapat dikembalikan kepada ( atau dapat dikembangkan dalam istilah benda-benda
fisik semata ).
Dari itu disimpulkan bahwa prinsip
pengetahuan dan pengertian yang sesuai disini pasti bukan prinsip-prinsip yang
diandalkan oleh tafsiran-tafsiran ilmiah tentang dunia.untuk sejarawan perlu
sekali bahwa ia dapat merekonstruksikan “dari alam” alasan-alasan,tujuan
tujuan,dan perasaan-perasaan yang menggerakkan pribadi-pribadi yang menjadi
sasaran perhatiannya dan yang secara lahiriyah diungkapkan dalam
tindakan-tindakan mereka. Bermacam-macam pengertian seperti “menghidupkan
kembali” dan “emphaty” didekati dengan maksud untuk merincikan proses ini.
3.
R.G.
Collingwood
Pendirian dasar dari paham diatas,yang
didalam pikirannya pertimbangan-pertimbangan dari pelaku sejarah dan dengan
begitu peristiwa yang harus disorotinya dibuat menjadi bisa dipahami dengan
cara yang tidak pada hubungannya dengan ilmu-ilmu alam,ini menyebabkan diantara
lain menegaskan bahwa istilah sebab mempunyai arti sendiri didalam konteks
cerita sejarah,tak boleh dicampuradukkan dengan arti manapun yang mungkin saja
dikandungnya ditempat lain.jadi menunjukkan apa yang menyebabkan suatu kejadian
didalam sejarah bukan merupakan suatu soal meletakkan kejadian itu di bawah
kekuasaan hukum ilmiah atau generalisasi empiris.tetapi itu lebih mempersoalkan
membangkitkan segi dalam nya yaitu pikiran-pikiran dan alasan yang sekali
terbuka,menunjukkan apa yang terjadi sebagai tanggapan dari suatu makhluk
rasional berhadapan dengan suatu situasi yang menuntut pemecahan praktis.
4.
Friedrick
Hegel (1770-1831)
George wilhem Friedrick hegel lahir di
Stuttgart,jerman 1770.Belajar filsafat di tubingen bersama Schelling.tahun 1817
hegel diangkat menjadi guru besar di Heildelberg dan satu tahun kemudian pindah
di berlin.disini hegel sangat populer dan disebut “professor
Professorum”artinya guru besarnya professor.mahasiswa-mahasiswa datang dari
mana-mana untuk mendengarkan ajarannya.tahun 1831 ia meninggal diberlin.
Hegel memandang sejarah manusia sebagai
perwujudan ide yaang ilahi yaitu “yang mutlak” dan setiap bagian atau periode
sejarah merupakan suatu langkah terus ke arah penyempurnaan ide yang ilahi itu.
Demikian segala yang ada pada bagian penyempurnaan ini mesti ada berbudi dan
segala yang ada adalah hasil perkembangan yang akan datang.
Dalam pendapat hegel itu bukan suatu
negara saja melainkan ada banyak negara tetapi manusia yang hidup didalam
negaranya harus mengabdi dan tunduk pada negara itu.jikalau ada banyak negara
dan setia diantara memandang diri seperti instansi yang tertinggi untuk manusia
dan anggotanya masing-masing,maka mudah terjadi perselisihan paham dan
menimbulkan peperangan antara mereka itu adalah kegiatan dan semangat yang
mendorong sejarah terus-menerus.lagi pula dalam setiap zaman ada suatu bangsa
atau nation yang dipilih yang beertanggung jawab atas perkembangan sejarah dan
kebudayaan,suatu bangsa yang bertugas dan berkewajiban mengembangkan sejarah
dan kebudayaan,suatu bangsa yang bertugas dan berkewajiban mengembangkan
sejarah dengan sistem dialektis itu.
Hegel memandang ide itu yaitu yang
mutlak sebagai sebab yang terakhir untuk segala kejadian dan segala realitet.ideealah
yang menetapkan dan membentuk setiap yang diseebut realitet dalam setiap fase.dari
perkembangan sejarah,perkembangan filsafat sejarah sesudah hegel memang
kelihatan sintesis definitif dari hegel sama sekali tidak berhasil.pemikiran
hegel itu hanya sebuah tesis yang merupakan titik tolak untuk banyak aliran
baru yang dapat dilihat sebagai antitesis-antitesis baru.tetapi pengaruh hegel
baik dalam arti positif maupun negatif,sangat besar.
H. Tokoh pemikir filsafat Sejarah Nasional
Indonesia
1.
Prof.Muhammad
Yamin
Menurut Muh.yamin,untuk menyusun
filsafat sejarah nasional banyak kita petik dari pujangga dari timur dan
barat,untuk membentuk filsafat sejarah nasional menurut muh.yamin ialah dengan
cara pemusatan pikiran kepada segala kejadian dan peristiwa sejarah indonesia
dan dalam hubungan dengan sejarah pada umumnya serta isi kajian
filsafat.filsafat sejarah nasional mempunyai empat dasar kajian ,yaitu ;
1.
Kebenaran
Tujuan terakhir yang dijadikan tugas bagi-bagi ilmu
filsafat ialah mencari kebenaran yang sesungguhnya.dengan sengaja disebutkan
mencari kebenaran,dan tidak disebutkan mendapat kebenaran yang juga dapat
dikatakan mempunyai atau memiliki kebenaran.jadi filssafat sejarah mempunyai
kebenaran yang aktif,sedang filsafat-sejarah adalah seseorang musafir yang
merantau mendekati tujuan menuju kebenaran walaupun kebenaran itu tidak
dimiliki oleh ahli pemikir sejarah,tetapi dengan meninjau atau menafsirkan
segala kejadian itu dia telah dan selalu berkeyakinan secara subjektif.
2.
Sejarah
indonesia
Yang menjadi objek filsafat sejarah atau yang
ditafsirkannya ialah sejarah indonesia.dalam hal ini maka sejarah adalah ilmu
pengetahuan yang dipahamkan dan telah dirumuskan secara ilmiah dengan bernama
demikian,oleh karena objek itulah filsafat itu menjadi filsafat
sejarah,sehingga kejadian-kejadian sebagai kelahiran masyarakat dizaman yang
lampau membatasi filsafat itu menjadi filsafat khusus,sedangkan cara
menafsirkan dan hubungan kejadian itu adalah dalam taraf yang umum dan
universal.
3.
Sintesis
Tafsiran sejarah yang sintesis menjamin timbulnya
sejarah indonesia yang umum dengan menghindarkan berat sebelah,sehingga lepas
dari gambaran ialah terhadap masyarakat pada zaman lampa,melainkan menjamin
timbulnya cabang filsafat bagi sejarah dalam zaman pembangunan.
Falsafah pancasila membangun negara Republik
indonesia,dan falsafah sejarah membantuk kerangka dan menyusun isi sejarah
indonesia.filosofi sintesis bagi seeluruh kehidupan bangsa indonesia kini dan
nanti belum dirumuskan.bahan-bahan untuk itu memang sudah tersedia,dan dapat
dipakai oleh segala tenaga yang hendak berusaha kejurusan itu.tafsiran sintesis
juga dapat dipakai bagi meninjau sejarah indonesia dalam suatu babakan,zaman
atau waktu.
4.
Nasionalisme
indonesia
Nasionalisme indonesia memberi tiga corak kepada
filsafat sejarah seperti yang diuraikan diatas;
Pertama
: yang menjadi objek tafsiran ialah sejarah nasional indonesia,yang berbeda
cara menulis dari pada sejarah indonesia sebelum proklamasi,karena yang menjadi
dasar kepada penulisan sejarah indonesia sesudah tahun 1945 ialah adanya
kemerdekaan bagi bangsa indonessia yang menjadi syarat mutlak bagi segala ilmu
pengetahuan yang dikembangkan oleh hikmah manusia bebas.
Kedua
: cara menafsirkan kejadian sejarah adalah sesuai dengan jalan pikiran orang
atau bangsa indonesia yang telah bebas merdeka,dan yang tak terikat rasa rendah
atas berpandangan sempit didalam ruangan pikiran yang bebas.
Ketiga
:
uraian dengan lisan atau menuliskan sejarah indonesia memenuhi syarat isnad
para pengarang supaya secara subjektif sesuai dengan susila perjuangan
kemerdekaan : memenuhi syarat susila pada karangan penulisan sejarah dan
memenuhi syarat ilmu jiwa dan pendidikan suapaya nasionalisme indonesia merdeka
menjadi kebanggaan bangsa,menjadikan sejarah indonesia sumber inspirasi dan
ilmu pengetahuan untuk kehidupan bangsa yang ingin berjiwa besar dan luas.
2. Dr.Soedjatmoko
Sudah menjadi ciri manusia yang berfikir
bahwa ia hendak menyusun pengetahuannya sedemikian rupa,sehingga pengetahuan
itu dapat dicukupi oleh satu atau dua asas pokok dan prinsip saja.demikian juga
manusia,dalam menghadapi fakta-fakta sejarah,sejak dahulu telah mencoba untuk
merumuskan suatu filsafat sejarah yang mencukupi segala sesuatu yang
diketahuinya didalam lapangan sejarah itu,sehingga makna dari sejarah manusia
itu menjadi terang.kita juga sekarang mengetahui bahwa si pemikir sejarh itu
dalam memandang kepada sejarah tidak dapat melepaskan dirinya dari pandangannya
dari keadaan sejarah yang dialaminya sendiri,maka dalam menghadapi kenyataan
sejarah dan dalam usahanya untuk mencari penjelasan dari pada sejarah ,mengenai
makna kehidupan manusia.
Kegemilangan hari lampau kita juga tidak
dapat kita pandang sebagai sesuatu yang tidak terbuka untuk peneropongan serta
penyelidikan ilmu sejarah dengan alat-alat dan cara-cara yang juga digunakan
dalam pemikiran dan penyidikan ilmu sejarah untuk sejarah umat manusia lainnya.pandangan
semacam itu hanya dapat timbul dari suatu kekhawatiran yang mendalam,atau
kemungkinan kehilangan pribadinya sendiri dalam menghadapi suatu dunia luar dan
hari depan yang tak dikenalnya,ataupun ia timbul dari suatu rasa keangkuhan
terhadap bangsa-bangsa lainnya.sejarah umat manusia sendiri telah memberikan
contoh-contoh kepada kita,betapa besarlah bahaya bagi sesuatu bangsa,yang telah
tersesat didalam suatu dunia impian bikinan sendiri semacam itu.kita sendiri
telah menyaksikan runtuhnya impian jepang fasis yang mengganggap dirinya
sebagai sesuatu bangsa yang mempunyai asal serta panggilan tersendiri didunia.
Jikalau ini kesimpulan kita,yaitu
filsafat sejarah sekarang telah turun menjadi pemikiran,renungan tentang
sejarah dan filsafat sejarah nasional tempatnya bukan didalam lapangan ilmu
sejarah atau didalam lapangan filsafat sejarah,kesimpulan ini tidak cukup
sampai disini.kebutuhan akan kepastian hidup,kegelisahan mengenai keadaan
pribadi kita,dan mengenai arah arus perkembangan,terlampau mendesak,terlampau
sungguh-sungguh.
3. Prof.sartono kartodirdjo
Filsafat sejarah adalah suatu bagian
filsafat yang berusaha memberikan jawaban terhadap pernyataan mengenai makna
dari suatu proses peristiwa sejarah.manusia budaya tidak puas dengan
pengetahuan sejarah,dicarinya makna yang menguasai kejadian-kejadian
sejarah.dicarinya hubungan fakta-fakta dan sampai kepada asal dan
tujuannya.kekuatan apakah yang akan menggerakkan sejarah kearah tujuannya.jika
kejadian – kejadian yang ditinjau dengan pandangan kemasa depan atau harapan
akan perwujudan masa depan hal demikian menetapkan arah pertumbuhan kebudayaan
dimasa depan.gambaran masa depan ini sesuai benar dengan sifat kebudayaannya.
Dalam menghadapi realitas sekitarnya
menuju bentuk pikiran seperti tercantum dalam pralambang jayabaya disusun dalam
suatu gambaran atau pandangan dunia.orientasi kepada kehidupan organis
menimbulkan bentuk pikiran siklis,sedangkan pemikiran realitas yang diarahkan
kepada proses kemanusiaan dengan melihat suatu telos (tujuan) atau fisis
(akhir) membentuk pikiran yang linear.filsafat sejarah sebagai bagian inheren
dari pandangan dunia akan mengikuti pola pikir
yang berkuasa dalam kebudayaan dan merupakan bentuk pikiran dari
kebudayaan.dengan menguraikan unsur-unsur pralambang jayabaya sebagai filsafat
sejarah,mungkin akan tampak suatu bentuk pikiran sebagai suatu segi dari ragam
kebudayaan indonesia.
Dari adanya saling pengaruh itu dapat
disimpulkan bahwa setiap unsur mereflesikan ciri-ciri dari
kebudayaan,ssebaliknya untuk memahami sifat dan hakikat untuk masing-masing
senantiasa perlu ditempatkan dalam konteks kulturalnya.filsafat sejarah sebagai
manifestasi kebudayaan yang mendukungnya,mau tak mau mencerminkan gaya kultural
peradabannya.latar belakang kebudayaan menjadi faktor determinan bagi suatu
filsafat sejarah,maka perbandingan antara filsafat sejarah antara abad
pertengahan dengan filsafat sejarah modern akan mampu menonjolkan perbedaan sifat-sifat kedua peradaban
tersebut.parelisme antara filsafat sejarah dengan kebudayaan yang melingkupinya
jelas-jelas menampilkan adanya afinitas kultural suatu filsafat sejarah atau
pandangan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar